Kiat-Kiat Meraih Ampunan Ilahi sebelum Tidur [Bagian 1]


Kita hidup di masa dimana laku maksiat menjadi sangat beragam, mudah dan simpel, bahkan ada beberapa yang kita sendiri tak bisa lepas darinya. Oleh karenya, sudah sepatutnya kita menoleh kembali -bahkan perlu menjadi prioritas utama- apa yang telah dinasihatkan Baginda Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- mengenai beberapa kiat meraih ampunan dari sang Ilahi -subhanahu wa ta'ala-. Ada belasan bahkan puluhan amal atau pekerti yang mampu mendatangkan curahan maghfirah kepada si pelakunya, diantaranya yang bisa kami sebut disini menyangkut amalan sebelum tidur. Semoga kita senantiasa diberi pertolongan untuk mampu mengamalkannya. Amin.

[1] Tidur dalam keadaan suci

Diriwayatkan dari Ibnu Umar -radhiyallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda:

‌مَنْ ‌بَاتَ ‌طَاهِرًا ، ‌بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ ، فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلَانٍ ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا

“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan, karena ia tidur dalam keadaan suci’."

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibbān dalam Shahīhnya (3/328, no. 1051) -dan redaksi dari beliau-, Al Bazzār (1/149, no. 288), dan Ath Thabarāni dalam Al Kabīr (12/446, no. 1362). Imam Al Haitsami menyebutkan hadis ini dalam Al Majma’ (3/120-122, no. 1165), lalu berkomentar: ‘Saya berharap hasan sanadnya’.

Imam Al Haitsami juga meriwayatkan hadis lain yang semakna dengan hadis Ibnu Umar ini, yang berasal dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda:

طَهِّرُوا هَذِهِ الْأَجْسَادَ طَهَّرَكُمُ اللَّهُ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَبِيتُ ‌طَاهِرًا ، إِلَّا ‌بَاتَ مَعَهُ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ لَا يَنْقَلِبُ سَاعَةً مِنَ اللَّيْلِ إِلَّا قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ ، فَإِنَّهُ ‌بَاتَ ‌طَاهِرًا

“Sucikanlah badan-badan ini, semoga Allah mensucikan kalian, kerana tidak ada seorang hamba pun yang tidur malam dalam keadaan suci melainkan Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya, dia tidak membalikkan badannya di waktu malam tersebut melainkan Malaikat akan berdoa untuknya: ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini, kerana ia tidur dalam keadaan suci’.”

Setelah menyebutkan hadis ini, Imam Al Haitsami lalu berkata: ‘Sanadnya hasan’ (Majma’ Az Zawā’id, 20/249-252, no. 17029).

Hadis Ibnu Abbas ini juga disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Syarh Al Bukhāri (11/109) dan Al Hafidz Al Mundziri dalam At Targhīb (1/231), beliau berdua menilai jayyid (bagus) sanadnya.

Imam Abdurra’uf Al Munāwi (w. 1031 H) dalam Faidl Al Qadīr (4/271) menjelaskan:

“Bersuci ketika mau tidur terdapat dua macam, yaitu (1) bersuci secara dhahir yang telah diketahui, dan (2) bersuci secara bathin -yakni taubat- yang adalah lebih dikokohkan ketimbang yang dhahir. Ketika seseorang bermalam dalam tidurnya dan ia berlumuran dosa, maka menjadi wajib baginya untuk bertaubat serta menghilangkan dari hatinya segala penyakit dan rasa dengki kepada setiap muslim.”

Imam Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Īman (4/284, no. 2527) meriwayatkan secara mauquf dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Āsh -radhiyallahu ‘anhuma-, beliau pernah berkata:

“Ruh itu akan diangkat ke langit sewaktu tidur, lalu akan disuruh sujud di samping Arsy. Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka ruhnya akan bersujud dekat dengan Arsy, dan yang tidak dalam keadaan suci, ia akan jauh dari Arsy.”

Riwayat Al Baihaqi ini dikutip pula oleh Imam Al Munāwi dalam Faidl Al Qadīr (5/497).

Wallāhu A’lam.

================ Bersambung ke Bagian 2 ===>>

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment