Kiat-Kiat Meraih Ampunan Ilahi sebelum Tidur [Bagian 2]


[2] Beristighfar sebelum tidur

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda sebagaimana riwayat dari Abu Sa’id Al Khudri -radhiyallahu ‘anhu-:

مَنْ ‌قَالَ حِينَ ‌يَأْوِي إِلَى ‌فِرَاشِهِ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ رَمْلِ عَالِجٍ ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ عَدَدِ وَرَقِ الشَّجَرِ

"Barang siapa ketika menuju tempat tidurnya mengucapkan:

 أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ 

(Aku memohon ampunan kepada Allah, Yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, yang selalu hidup dan senantiasa mengurus makhukNya. Aku bertaubat kepadaNya) sebanyak tiga kali, maka Allah mengampuni dosa-dosanya walaupun (dosanya banyak) seperti buih lautan, walaupun seperti kerikil daerah Ālij, dan walaupun seperti banyaknya daun pepohonan.”

Hadis dengan redaksi demikian diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (17/130, no. 11074). Imam At Tirmidzi juga meriwayatkannya dengan tambahan redaksi di bagian akhir: “وَإِنْ كَانَتْ عَدَدَ أَيَّامِ الدُّنْيَا” (walaupun sebanyak hari-hari di dunia). Lalu beliau berkata: ‘Ini hadis hasan yang gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari sisi ini -dari hadis Ubaidillah bin Al Walid Al Washshāfi’ (Sunan At Tirmidzi 5/470, no. 3397 dan Al Adzkār hal. 172). Hadis yang semakna juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya (2/495, no. 1339) dan Al Baihaqi dalam Al Asmā’ was Shifāt (1/287, no. 214).

Al Hafidz Al Irāqi (w. 806 H) dalam Takhrij Ihya’ (hal. 369) berkomentar: ‘Al Washshāfi ini walaupun dhaif, dia diikuti oleh Isham bin Qudamah yang tsiqah’. Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalāni (w. 852 H) dalam Takhrij Al Adzkār juga berkata: ‘ini hadis gharib, Al Washshāfi beserta gurunya (‘Athiyah Al Ūfi) adalah dhaif, tetapi Imam lainnya meriwayatkan melalui ‘Athiyah dari Abi Sa’id hadis lain yang mirip’ (Al Futūhāt Ar Rabbāniyah 3/160).

Imam Al Mullā Ali Al Qāri (w. 1014 H) menjelaskan, yang dimaksud “Allah mengampuni dosa-dosanya” adalah dosa-dosa kecil dan memungkinkan mencakup dosa-dosa besar juga, ini sesuai Firman Allah “dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki” [An Nisa’: 48]. Lalu yang dimaksud dengan “Ālaj” atau “Ālij” adalah tempat di sahara yang banyak terdapat kerikil/pasir (Syarh Misykāh Al Mashābih 4/1667). 

Wallāhu A’lam.

[3] Berzikir sebelum tidur

Dari Abu Hurairah - radhiyallahu ‘anhu- dari Baginda Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-, beliau bersabda: 

مَنْ ‌قَالَ حِينَ ‌يَأْوِي إِلَى ‌فِرَاشِهِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، غَفَرَ اللَّهُ لهُ ذُنُوبَهُ ، -أَوْ ‌قال: خَطَايَاهُ، شَكَّ مِسْعَرٌ- وَإِنْ كَانَ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Barangsiapa yang ketika ia menuju tempat tidurnya membaca:

 لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ  

(Tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan kekuatan kecuali pada Allah. Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya. Tiada tuhan selain Allah. Dan Allah Maha Besar), maka Allah mengampuni dosa-dosanya -atau kesalahannya, Mis'ar (sang perawi) ragu-, walapun dosa-dosanya itu seperti buih lautan”.

Hadis ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibbān dalam Shahīhnya (1/378, no. 506) dengan redaksi seperti diatas. Hadis ini diriwayatkan pula oleh An Nasā’i dalam Al Kubrā (9/298, no. 10578), Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (5/323, no. 26527) dan Al Ādab (hal. 262, no. 242), serta Ibnu As Sunni dalam Amal Al Yaum wal Lailah (hal. 660) dan Abu Nu’aim dalam Akhbār Ashbahān (1/318).

Riwayat Imam An Nasa’i mengandung sedikit perbedaan dalam redaksinya, yaitu berbunyi:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ،

Lalu ditutup dengan “dosa-dosanya akan diampuni walaupun lebih banyak daripada buih lautan”.

Mis’ar adalah salah satu perawi hadis, dia bernama lengkap Abu Salamah Mis’ar bin Kidām Al Amiri Al Hilali Al Kūfi.

Syaikh Husain Salīm Asad -sang pentahkik Shahih Ibnu Hibbān dan Zawā’idnya- menilai sanad hadis ini adalah dhaif karena status salah satu perawinya, yakni Habib bin Abi Tsabit yang sering tadlis, walaupun perawi lainnya adalah orang-orang yang tsiqah. Perlu diketahui, hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahīhah (no. 3414) dan Shahīh At Targhīb wat Tarhīb (no. 607).

Wallāhu A’lam.

@Abdul Latif Ashadi

=================== Kembali ke Bagian 1 ===>>

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment