Tafsir Faidlur Rohman Simbah Kiai Sholeh Darat Semarang

Kiai Haji Sholeh Darat adalah maha gurunya NU dan Muhammadiyah. Karena KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahamd Dahlan pernah bersama-sama mengaji langsung kepada beliau. Beliau lahir di Jepara pada sekitar tahun 1820 M. Beliau pernah belajar di Mekah dan berguru kepada Ulama'-ulama' besar disana. Guru-guru beliau di Mekah adalah diantaranya: Syeikh Muhammad al-Maqri al-Mashri al-Makki, Syeikh Muhammad ibn Sualiman Hasbulloh, Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan, Syeikh Ahmad al-Nahrowi al-Mishri al-Makki, Sayyid Muhammad Sholih al-Zawawi al-Makki, Syeikh Zaid, Syeikh Umar al-Syami, Syeikh Yusuf al-Sanbalawi al-Mashri dan Syeikh Jamal.

Sekembali dari Mekah, beliau diambil menantu oleh Kiai Murtadlo yang kemudian membuka sebuah pesantren di Kampung Melayu Darat, Semarang. Dari sinilah asal nama “Darat” disematkan ke nama beliau.

Beliau wafat pada hari Jum'at, tanggal 28 Ramadlan 1321 H atau 18 Desember 1903 M dalam usia 83 tahun, dan dimakamkan di kompleks pemakaman umum Bergota Semarang. Pada tiap tanggal 5 Syawwal, masyarakat menggelar haul untuk memperingati wafatnya ulama’ terkemuka ini.

Beliau mewariskan karya yang fenomenal yaitu Tafsir dalam bahasa Jawa. Kitab tafsir ini diberi nama Faidlur Rahman fi Tarjamati Tafsir Kalam al-Malik al-Dayyan yang mulai ditulis pada hari Jum'at tanggal 20 Rajab 1309 H atau 19 Februari 1892 M, dan selesai ditulis pada hari yang sama tanggal 7 Muharram 1311 H atau 21 Juli 1893 M.

Perlu diketahui bahwa pada jilid pertama, yang berisi tafsir Al-fatihah dan surah Al-Baqoroh, kitab ini sudah berjumlah 577 halaman. Kitab ini ditulis dengan huruf Arab pegon. Kitab ini kemudian dicetak oleh percetakan Haji Muhammad Amin Singapura pada tanggal 29 Jumadil Akhir 1311 H atau 7 Januari 1894 M, atau sekitar setengah tahun setelah selesai ditulis. Pada akhir kata pengantar yang terdapat pada kitab ini, nama beliau tertulis sebagai:

العالم العلامة بحر الفهامة ابو ابراهيم محمد صالح ابن عمر السمراني بلدا الشافعي مذهبا

“Seorang yang alim, teramat alim, (ilmunya) seperti lautan, yang sangat faham, Abu Ibrahim Muhammad Sholih ibn Umar bertempat tinggal di Semarang dan bermadzhab Syafi’i".

Sebelum memulai menafsirkan ayat per ayat, terlebih dahulu beliau menulis pendahuluan/mukaddimah tentang ilmu tafsir. Dalam mukaddimahnya itu beliau menulis sebagai berikut:

Tidak boleh menafsiri Al-Qur’an dengan Tafsir Isyari atau Asrori jikalau belum mengerti Tafsir yang Ashli atau Dzohiri seperti Tafsir Jalalain. Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda:

من فسر القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار ( رواه الترمذي من حديث ابن عباس وحسنه)

Artinya: Barangsiapa menafsiri Al-Qur’an dengan mengikuti kehendaknya sendiri dan hawa nafsunya sendiri, tidak dengan tauqif (penjelasan) dari kanjeng Nabi Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam atau tidak dengan ijtihadnya para Ulama ‘Arifin maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka. (HR Tirmidzi dari Ibn Abbas, beliau menilai Hasan).

Misalnya menafsiri ayat 24, surah Thoha:

اذْهَبَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ

Dalam ayat ini, kata “Fir’aun” ditafsiri dengan hawa nafsu. Maka tafsir yang demikian itu tidak diperbolehkan.

Contoh lain ialah misalnya ucapan para Mulhidin (orang yang menyimpang) yang mengatakan:

“Tidak diperbolehkan untuk menyematkan sifat kepada Alloh atau menetapkan sifat 20 kepada-Nya, karena Alloh sendiri telah bersabda سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ (Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Mulia dari apa yang mereka sifatkan).

Atau sebuah anggapan bahwa tidak diperkenankannya sholat setelah mengakhirkan (waktunya) atas dasar firman Alloh (5) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ . Maka ucapan dan anggapan seperti itu bias mengakibatkan kufur zindiq, Na’udzubillah min dzalik.

Wal-hashil, tidak boleh mengartikan/menafsirkan Al-Qur’an kecuali dengan tauqif dari Kanjeng Nabi Shollallohu alaihi wasallam atau dari ijtihadnya para Ulama’ salaf as-Sholihin.

Dalam mukaddimahnya beliau juga mengingatkan bahwa mempelajari tafsir Al-Qur’an itu hukumnya fardlu kifayah (kwajiban kolektif) bagi semua umat Islam. Beliau juga bercerita tentang proses diturunkannya Al-Qur’an. Beliau menulis:

Ketahuilah bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dari al-Lauh al-Mahfudz secara sekaligus 30 juz pada malam Lailatul Qodr sampai ke Langit Dunia, yang diletakkan di Bait al-‘Izzah. Kemudian baru diturunkan secara bertahap ke Dunia selama 23 tahun. Ayat yang pertama kali diturunkan adalah ayat Iqro’ sampai Ma Lam Ya’lam (5 ayat pertama dari surah Al-‘Alaq). Sedangkan ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat Al-Yauma Akmaltu Lakum Dinakum (Al-Maidah, ayat 3) atau ada yang berpendapat selain itu. Wa-Allohu-A’lam.

Setelah selesai memberi pengantar atau pembukaan tentang tafsir, beliau kemudian masuk ke tafsir surah Al-Fatihah. Tafsir Al-Fatihah dimulai pada halaman kelima dari kitab tafsir beliau. Berikut sedikit kami sampaikan cuplikan penafsiran beliau pada pembukaan surah Al-Fatihah:


-: Surah Al-Fatihah, Makkiyah atau Madaniyah atau Makkiyah-Madaniyah :-

Surah Al-Fatihah itu diturunkan sebelum hijrah sehingga dinamai makkiyah, ini menurut pendapat Imam Baidlowi dan mayoritas Ulama', dan surah ini diturunkan setelah diwajibkannya Sholat Maktubah dan setelah diturunkannya surah Iqro' dan surah Ayyuhal Muddatstsir.

Menurut Imam Mujahid, sesungguhnya Al-Fatihah ini diturunkan setelah Hijrah Nabi alias Madaniyah, yaitu diturunkan pada saat perpindahan qiblat ke Ka'bah.

Menurut sebagian Ulama' ahli tafsir, sesungguhnya surah Al-Fatihah ini diturunkan secara dua kali. Pertama diturunkan di Mekah dan diturunkan lagi di Madinah. Hal ini menunjukkan kemuliaan surah tersebut.

Surah Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat dan Bismillahirrohmanirrohim termasuk satu ayat menurut pendapat Imam kita As-Syafi'i rahimahullohu ta'ala.

Kalimah surah Al-fatihah berjumlah 27 kalimah, dan hurufnya ada 140 huruf yang tidak termasuk tasydid.

Ketahuilah wahai kalian orang mukmin, sesungguhnya Al-Fatihah ini adalah kalamulloh azza wajalla yang kemudian disabdakan kapada hamba-Nya semua yaitu hamba yang beriman:

"Tatkala kalian semua mengadu kepada-Ku dan sowan di hadirat-Ku maka ucapkanlah kalian semua dengan pujian ini, yakni Bismillahirrohmanirrohim sampai ayat Iyyaka nasta'in.

Dan kemudian mintalah kalian semua kepada-Ku dengan permintaan ini, yakni Ihdinas Shiratho sampai terakhir.
------
Semoga Alloh mencurahkan rahmatnya untuk beliau, Amin.

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment