Wanita Solihah; Sangat Istimewa tapi Langka


Alhamdulillah, saat masih duduk di bangku SMA, penulis mendapat kesempatan untuk mengaji kitab Ibn Aqil syarh Alfiyah Ibn Malik di hadapan seorang ustadz di desa tempat tinggal penulis, sebut saja nama beliau dengan Kiai Alim. Aktivitas kajian itu berlangsung secara empat mata selama masa tenggang setelah UAS dan sambil menunggu “taqdir” berikutnya. Di tengah-tengah kajian, sang ustadz menanyakan sesuatu yang mengagetkan. Beliau bertanya apakah penulis sudah pernah berdo’a untuk mendapatkan istri yang sholihah. Seketika penulis terkejut dengan pertanyaan itu karena memang waktu itu terfikirkan saja belum apalagi berdoa untuk mendapatkan. Dengan jawaban penulis yang demikian itu, sang ustadz malah berkomentar jikalau penulis telah melakukan keterlambatan. Menurut beliau, berdo’a supaya dianugrahi  istri yang sholihah seharusnya dimulai sejak kecil kerena begitu langkanya wanita sholihah di zaman akhir ini.

Setelah berselang sekian tahun, penulis menemukan sebuah hadits Nabi tentang kelangkaan wanita sholihah itu. Sebuah hadits diriwayatkan Imam At-Thobaroni dalam Al-Mu’Jam Al-Kabir dari Abi Umamah bahwasanya Nabi pernah bersabda:

مَثَلُ المَرْأَةِ الصَّالِحَةِ فِي النِّسَاءِ كَمَثَلِ الْغُرَابِ الأَعْصَمِ الَّذِي إِحْدَى رِجْلَيْهِ بَيْضَاءُ (طب) عَن أبي أمامة

Perumpamaan wanita solehah dari segala wanita seperti burung gagak yang “a`shom”, yakni gagak yang salah satu kakinya berwarna putih” [1].

Syeikh Syamsuddin Al-Romli (w. 1004 H) dalam magnum opusnya Nihayatul Muhtaj ila Syarh Al-Minhaj menjeaskan bahwa hadits ini adalah sebuah kiasan yang menunjukkan kelangkaan wanita sholihah, karena burung gagak yang a’shom itu juga sangat langka [2].

Hal tersebut diperkuat sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad (hadits shohih) bahwasanya beliau pernah bersabda:

إنّ أقَل ساكِنِي الجَنَّةِ النِّساء، (حم م) عن عمران بن حصين

Sesungguhnya penghuni surga yang paling sedikit adalah perempuan” [1].

Kita tahu bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki, tetapi perempuan yang nantinya (langsung) masuk surga ternyata jumlahnya lebih sedikit. Hal ini tidak lain karena sedikit sekali perempuan yang mempunya sifat-sifat yang baik (sholihah).

Walaupun jumlahnya yang sedikit dan langka, janganlah sampai membuat para wanita menjadi pesimis dan kecil hati. Lihatlah dari banyaknya jumlah logam yang ada, hanya sedikit yang berharga, adalah emas misalnya. Wanita sholihah yang jumlahnya sedikit itu, ternyata mempunyai keistimewaan dan keutamaan yang luar biasa. Bahkan keistimewaannya melebihi semua kesenangan dunia yang ada. Nabi kita Muhammad Shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda:

الدُّنْيا كُلُّها مَتاعٌ وَخَيْرُ مَتاعِ الدُّنْيا المَرأةُ الصَّالِحَةُ (حم م ن) عَن ابْن عَمْرو

Dunia keseluruhannya adalah sebuah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan dunia itu adalah wanita sholihah” (Hadits shohih riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Nasa’i).

Al-Hafidz Muhammad Abdurro’uf Al-Munawi dalam kitabnya Faidl Al-Qodir syarh Jami’u As-Shoghir memberikan alasan kenapa wanita sholihah menjadi sebaik-baik kesenangan dunia, adalah karena wanita yang sholihah mampu menjaga suaminya dari melakukan keharaman dan  membantu suaminya dalam menegakkan urusan duniawi maupun agama, dan semua kenikmatan yang mengarah kepada kenikmatan akhirat adalah disukai dan diridlo’i oleh Alloh SWT [3]. Singkatnya, keistimewaan itu wajar karena wanita (istri) sholihah mampu membantu sang suami menegakkan urusan-urusan akhirat [4], bukan malah sebaliknya dengan menjerumuskan sang suami kedalam urusan-urusan duniawi.

Keistimewaan yang lain adalah terkait do’a “Sapu Jagad”. Adalah shohabat Ali ibn Abi Tholib Karromallohu wajhah yang mempunyai penafsiran yang unik terhadap do’a “Sapu Jagad” itu, yang konon termasuk do’a yang paling sering dibaca oleh Nabi Shollallohu alaihi wasallam. Kita semua tahu bahwa do’a Sapu Jagad itu berbunyi:

رَبَّنا آتِنا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وقِنا عَذابَ النَّارِ

Yang bearti: “Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka”.

Shohabat Ali Karromallohu wajhah menerangkan:

الْحَسَنَة فِي الدُّنْيَا الْمَرْأَة الصَّالِحَة، وَفِي الْآخِرَة الْجنَّة، وَعَذَاب النَّار الْمَرْأَة السوء

Kebaikan di dunia adalah wanita sholihah, kebaikan di akhirat adalah surga, dan siksa neraka adalah wanita buruk” [3]. Subhanalloh, ternyata do’a yang sering kita baca untuk meminta kebaikan di dunia -oleh shohabat Ali- diartikan sebagai wanita yang sholihah.
Pada kesempatan lain, saat turun ayat tentang ancaman orang yang tak mau berzakat (وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ) [At-taubah: 34], shohabat Umar ibn Al-Khotthob memberitahu Nabi tentang shohabat-shohabat lain yang merasa keberatan. Nabi pun bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَفْرِضِ الزَّكَاةَ، إِلَّا لِيُطَيِّبَ مَا بَقِيَ مِنْ أَمْوَالِكُمْ، وَإِنَّمَا فَرَضَ الْمَوَارِيثَ لِتَكُونَ لِمَنْ بَعْدَكُمْ، فَكَبَّرَ عُمَرُ، ثُمَّ قَالَ لَهُ: أَلَا أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ؟ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ

Sesungguhnya Alloh tidak mewajibkan Zakat kecuali untuk mensucikan apa yang tersisa dari harta-hartamu dan sesungguhnya Alloh mewajibkan harta warisan tidak lain diperuntukan bagi siapa saja sesudah kalian. Maka Umar bertakbir kemudian Nabi Muhammad bersabda kepadanya : Apakah saya tidak mengakabarkan kepadamu tentang sebaik-baik harta simpanan? (sebaik-baik harta simpanan) adalah wanita yang sholehah, apabila ia (suami) melihat kepadanya menggembirakannya, apabila ia memerintahkannya dia (istri) menta’atinya dan apabila ia (suami) pergi darinya dia (istri) menjaganya (menjaga rahasia, harta dan keluarganya)”. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abi Dawud dengan sanad shohih [5, 6]. Imam Qurthubi berpendapat kalau hadits ini lah yang menjelaskan siapa itu wanita sholihah sebenarnya [7].

Dari hadits diatas dapat diketahui (sebagian besar) ciri-ciri dan karakter wanita sholihah. Dengan kandungan yang mirip, ada redaksi hadits shohih lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Nasa’i, yaitu sabda Nabi:

خَيْرُ النِّساءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذا أمَرَ وَلَا تُخالِفُهُ فِي نَفْسِها وَلَا مالِها بِما يَكْرَهُ (حم ن ك) عَن أبي هريرة

“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami tatkala melihatnya, taat tatkala suami memerintah, tidak menyalahi suaminya dalam mengurus diri dan harta dengan melakukan yang dibenci suami” [1].

Keistimewaan berikutnya adalah sesuai yang disebutkan dalam hadits shohih riwayat Imam Al-Bazzar, Imam Ahmad dan Imam Thobaroni, bahwasanya Nabi pernah bersabda:

إِذا صَلَّت المَرْأةُ خَمْسَها وصامَتْ شهْرَها وحَفِظَتْ فَرْجَها وأطاعَتْ زَوْجَها دَخَلَتِ الجَنَّة ، (الْبَزَّار) عَن أنس (حم) عَن عبد الرَّحْمَن الزُّهْرِيّ (طب) عن عبد الرحمن ابن حسنة.

Jikalau ada wanita yang sholat lima waktu, berpuasa di bulannya (Ramadlan), menjaga kemaluannya (dari jima’ yang diharamkan dan lesbian) dan taat kepada suaminya (dalam selain kemaksiatan), maka dia (pasti) masuk surga (bersama As-Sabiqun Al-Awwalun/golongan terdalulu yang pertama masuk Islam)” [1, 3].

Ke-sholihah-an seorang istri sangat terkait erat dengat ketaatan kepada suami. Oleh karenanya, kepada para wanita, berhati-hati lah dalam memilih suami. Pilihlah lelaki yang benar-benar pantas menjadi imam (panutan) bagimu yang mampu menuntunmu ke surga dan menjagamu dari api neraka. Lelaki yang selalu mengajak berjalan bersama menuju jalan-Nya. Lelaki yang tidak semena-mena dengan kekuasaan (atas wanita) yang dimilikinya. Karena perlu diketahui, kekuasaan suami memang begitu besar, sampai-sampai Nabi pernah bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِراً أَحَداً أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا ، (ت) عَن أبي هُرَيْرَة (حم) عَن معَاذ (ك) عَن بريدة

Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya” (Hadits Shohih riwayat Tirmidzi, Ahmad dan Hakim) [1].

Dengan sifat-sifat dan keistimewaan yang sudah disenutkan diatas, sangatlah beruntung bagi setiap lelaki yang mempunyai istri yang sholihah. Sebuah hadits Nabi menerangakan:

مَنْ رَزَقَهُ الله امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ أَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِينِهِ فَلْيَتَّقِ الله فِي الشَّطْرِ الباقي ، (ك) عن أنس.

Barang siapa yang Alloh memberikannya rizki berupa wanita yang sholihah, maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya pada setengah agamanya, maka hendaklah ia  bertaqwa kepada Alloh pada setengahnya yang lain” (Hadits dlo’if riwayat Hakim) [1].

Dan pada hadits lain, bahwasanya Beliau pernah bersabda:

أربعٌ مِنْ سَعادَةِ المَرْءِ أنْ تَكونَ زَوْجَتُهُ صالحة وأولاده أبرارا وخلطاؤه صالِحينَ وأَنْ يَكُونَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ ، (ابْن عَسَاكِر فر) عَن عَليّ (ابْن أبي الدُّنْيَا فِي كتاب الإِخوان) عَن عبد الله بن الحسن عن أبيه عن جده

Empat bagian dari keberuntungan seseorang adalah istrinya sholihah, anak-anaknya sholih-sholihah, temam-temannya juga solih, dan rizkinya ada di negerinya (sendiri)” (Hadits dlo’if riwayat Ibn Asakir dan Ibn Abi Ad-Dunya) [1].

Terakhir dan sebagai tambahan, bahwasanya untuk mempermudah dalam pembentukan karakter, kita membutuhkan sesosok idola dalam pola hidup kita. Terkait wanita sholihah, sebenarnya Alloh telah menyediakan tokoh-tokoh mulia pada zamannya yang patut dijadikan contoh atau idola bagi wanita-wanita muslimah di zaman berikutnya. Kita mengenal sesosok Sayyidah Maryam, Sayyidah Khodijah, Sayyidah Fathimah, Sayyidah Asiyah, Saayidah A’isah dan yang lainnya. Sesuai sabda Nabi Shollallohu alaihi wasallam:

أفضلُ نِساءِ أهْلِ الجَنّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وفاطِمَةُ بِنْتُ محمَّدٍ ومَرْيمُ بِنْتُ عِمْرانَ وآسِيَةُ بِنْتُ مُزاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ (حم م) عن عمران بن حصين.

Wanita-wanita ahli surga yang paling utama ialah sayyidatina Khodijah putri Khuwailid, Fatimah putri Rosul, Maryam putri Imron dan Asiyah putri Muzahim (istri Fir’aun)” [1].

Dan juga sabda beliau Shollallohu alaihi wasallam:

إنّ فضْلَ عائِشَةَ على النِّساءِ كفَضْلِ الثّرِيدِ على سائِرِ الطَّعامِ (حم ق ت ن هـ) عَن أنس (ن) عَن أبي مُوسَى (ن) عن عائشة.

Keutamaan A’isyah rodhiyallahu anha atas para wanita, seperti keutamaan Tsariid (roti isi daging dan kuah) atas seluruh makanan” [1].

Jadi, sudah sepatutnya sebagai wanita muslimah mengenal dan meniru tokoh-tokoh tadi karena mereka lah yang menjadi wanita-wanita mulia dan pilihan di dunia walaupun di akhirat kelak.

Wa-Allohu-A’lam,


Referensi:

[1] Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) dalam الجامع الصغير من حديث البشير النذير
[2] Syeikh Syamsuddin Muhammad Al-Romli (w. 1004 H) dalam نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج
[3] Syeikh Muhammad Abdurro’uf Al-Munawi (w. 1031 H) dalam فيض القدير شرح الجامع الصغير
[4] Syeikh Muhammad ibn Ali Al-Itsyubi dalam شرح سنن النسائي المسمى ذخيرة العقبى في شرح المجتبى
[5] Syeikh Muhammad Syamsul Haq Al-Adzim Abady (w. 1329 H) dalam عون المعبود شرح سنن أبي داود
[6] Imam Abu Zakaria An-Nawawi (w. 676 H) dalam المجموع شرح المهذب
[7] Syeikh Muhammad Ali ibn ‘Allan Al-Bakri As-Syafi’i (w. 1057 H) dalam دليل الفالحين لطرق رياض الصالحين

CONVERSATION

1 comments: