Kegembiraan Akan Maulid Nabi Berkumandang di Penjuru Dunia (1437 H)

Setiap Bulan Rabi’ul Awwal, mayoritas umat Islam (sawwad Al-A’dzom) di seluruh penjuru Dunia merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam. Hanya kelompol kecil saja yang masih menganggap peringatan seperti itu sebagai bid’ah. Syekh Muhammad Ayidi dalam kitab “Maulidun-Nabi” menjelaskan pengertian peringatan maulid Nabi sebagai:

الاحتفال بالمولد النبوي هو القيام بأعمال وتصرفات تدل على الفرح والمحبة لرسول الله صلى الله عليه وسلّم

Peringatan maulid nabi adalah melakukan beberapa perbuatan yang menunjukkan rasa senang dan cinta kepada Rosululloh ﷺ.”

Kegembiraan itu selaras dengan Al-Qur’an surah Yunus (58), Alloh berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)

"Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

Dalam kitab Ad-Durrul Mantsur fi At-Tafsir bi Al-Ma’tsur [الدّرّ المنثور فِي التَّفْسِير بالمأثور], Al-Hafidz Jalalud-Din As-Suyuthi mencatat:

أخرج أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله عنهما في الآية قال: فضل الله العلم، ورحمته النبي صلى الله عليه وآله وسلم، قال الله تعالى: (وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ) انتهى.

“Abu Syeikh meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwasanya: Karunia Alloh itu adalah ilmu, sedangkan yang dimaksud rahmat-Nya ialah Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم, karena Alloh pernah berfirman: Dan Kami tidak mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”.

Kita semua tentunya tahu akan kekafiran Abi Lahab dan bagaimana dia sangat menentang dakwah Nabi. Akan tetapi, karena kegembiraannya atas kelahiran Nabi, dia mendapat keringanan siksa di neraka. Hal ini dicatat oleh Imam Bukhori dalam Jami’ Shohihnya,

قَالَ عُرْوَةُ: وثُوَيْبَةُ مَوْلاةٌ لأَبِي لَهَبٍ، كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَت النبيّ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ: مَاذَا لَقِيتَ؟ قَالَ أَبُو لَهَبٍ: لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي (ثُوَيْبَةَ) [البخاري - كتاب النكاح.

Urwah berkata: Tsuwaibah adalah bekas budak Abu Lahab. Waktu itu, Abu Lahab memerdekakannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan.­ Sang kerabat berkata padanya, Apa yang telah kamu dapatkan? Abu Lahab berkata: Setelah kalian, aku belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran memerdekakan Tsuwaibah (HR Bukhori).

Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqollani (773 – 852 H) dalam Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhori menambahkan:

ذكر السهيلي أنّ العباس قال: لما مات أبو لهب رأيته، فقال: ما لقيت بعدكم راحة، إلاّ أنّ العذاب يخفّف عني كل يوم اثنين، وذلك أنّ النبيّ ولد يوم الإثنين فبشرت ثويبة – مولاة أبي لهب- بمولد صلّى الله عليه وسلّم فأعتقها

As-Suhaili telah menyebutkan bahwa Abbas bin Abdul Muttholib (Paman Nabi) berkata: Saat Abu Lahab mati, saya melihatnya dalam mimpi, kemudia ia berkata: “Saya tidak mendapatkan sepeninggal kalian kenyamanan. Kecuali sungguh siksaan diringankan atasku setiap hari Senin”. Berkata Abbas, “Hal itu dikarenakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lahir pada hari Senin kemudian Tsuwaibah memberikan kabar gembira kepada Abu Lahab akan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka ia memerdekakannya”.

Seorang Ulama’ ahli hadits dari Damascus, Syeikh Al-Hafidz Syamsuddin bin Nashiruddin ad-Dimasyqi (777-842 H) dalam kitabnya Maurid Al-Shodi fi Maulid Al-Hadi [مورد الصادي في مولد الهادي] mengomentari keringanan yang didapat Abu Lahab dengan sya’irnya:

إذا كان هذا كافرا جاء ذمه :: وتبّت يداه في الجحيم مخلدا

أتى أنه في يوم الاثنين دائما :: يخفف عنه للسرور بأحمدا

فما الظن بالعبد الذي كان عمره :: بأحمد مسرورا ومات موّحدا

“Jika Abu Lahab yang kafir ini telah datang celaannya dan binasalah kedua tangannya nan kekal di neraka,
diriwayatkan bahwa setiap hari Senin ia diringankan siksanya karena bahagia dengan (kelahiran) Nabi Muhammad.
Lalu bagaimana dengan seorang hamba yang sepanjang hidupnya berbahagia dengan Muhammad dan mati dalam keadaan membawa tauhid?”

Al-Hafidz As-Suyuthi (849 – 911 H) dalam kitabnya Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid [حسن المقصد في عمل المولد] yang merupakan kitab yang disusun untuk mengonter kitab al-Maurid fi al-Kalam 'ala 'Amali al-Maulid karya Syeikh Umar ibn Ali Al-Lakhmi Al-Fakihani (654 – 731 H), menyatakan bahwa Orang yang pertamakali mengadakan peringatan Maulid Nabi adalah raja Irbil, Raja Al-Mudzaffar Abu Said Kukburi bin Zainuddin Ali bin Biktikin (549 – 630 H), salah seorang raja yang agung, besar dan mulia.

Imam Syamsuddin Ad-Dzahabi (673 – 748 H) dalam kitabnya Siyaru A’lami an-Nubala’ [سير أعلام النبلاء] menilai Raja Al-Mudzaffar sebagai raja yang rendah hati, baik, seorang Sunni (Ahlussunnah wal Jama'ah), mencintai ulama fikih dan ahli hadits.

Ibnu Katsir mencatat dalam kitab Tarikh-nya, bahwa Raja al-Mudzaffar mengadakan Maulid Nabi di bulan Rabi'ul Awal dengan perayaan yang besar. Sosok yang berhati-bersih, pemberani, tangguh, cerdas akalnya, pandai dan adil. Ibnu Katsir berkata: “Syaikh Abu Khattab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab tentang Maulid Nabi dan diperuntukkan bagi Raja al-Mudzaffar yang ia beri nama at-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir. Lalu Raja al-Mudzaffar membalasnya dengan memberi hadiah sebesar 1000 dinar atas karyanya itu. Ia diberi usia panjang dalam kekuasaannya hingga ia meninggal saat mengepung kota Perancis tahun 630 H. Ia terpuji sejarahnya dan perangainya.”

Diawal-awal munculnya perayaan Maulid Nabi, seorang Ulama’ besar dan merupakan guru dari Imam an-Nawawi, yakni Imam Abu Syamah (599 – 665 H), dalam kitabnya Al-Ba’its ala Inkaril Bida’ wal Hawadits [الباعث على إنكار البدع والحوادث] menyatakan secara gamblang:

"ومن أحسن ما ابتدع في زماننا ما يُفعل كل عام في اليوم الموافق لمولده صلى الله عليه وآله وسلم من الصدقات، والمعروف، وإظهار الزينة والسرور، فإن ذلك مشعر بمحبته صلى الله عليه وآله وسلم وتعظيمه في قلب فاعل ذلك، وشكرا لله تعالى على ما منّ به من إيجاد رسوله الذي أرسله رحمة للعالمين" أهـ.

“Termasuk sebaik-baik bid’ah di zaman kita ini adalah apa yang dilakukan setiap tahun pada hari kelahiran Nabi shollallohu alaihi wasallam yang berupa shodaqoh, kebaikan dan menunjukkan kebahagiaan. Karena itu semua merupakan bukti kecintaan kepada Nabi, mengagungkan Nabi pada setiap hati yang merayakan, dan menjadi bukti syukur kepada Alloh atas anugerah-Nya yang menciptakan Rosul-Nya yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam”.

Dan akhirnya, setelah masa Raja al-Mudzoffar, setiap generasi dan di semua belahan Dunia Islam secara mayoritas selalu memperingati Maulid Nabi shollallohu alaihi wasallam pada Bulan Rabi’ul Awwal setiap tahunnya. Hal ini sudah menjadi kesepakatan dari mayoritas umat Islam. Dalam banyak riwayat, Nabi shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda yang salah satu redaksinya:

إِنَّ أُمَّتِيْ لاَ تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلاَلَةٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ اِخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ {رواه ابن ماجه (3950)، وعبد بن حميد في مسنده (1220)، والطبراني في مسند الشاميين 2069))، واللالكائي في اعتقاد أهل السنة (153)، وأبو نعيم في الحلية (9/238)، وصححه الحافظ السيوطي في الجامع الصغير (1/88)}

“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas." (HR. Ibn Majah, AT-Thabaroni dan Abu Nu’aim).

Dalam riwayat lain, Nabi bersabda:

لَا يَجْمَعُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ عَلَى الضَّلَالَةِ أَبَدًا، يَدُ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ فَاتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَمَ، فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ {رواه الترمذي وابو نعيم والحاكم عن ابن عمر وصححه ابن حجر العسقلاني}

“Sesungguhnya Allah selamanya tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesatan. Tangan (penjagaan) Allah ada bersama Al-Jama’ah, maka ikutilah Sawwad Al-A’dzom (golongan mayoritas). Barangsiapa menyimpang (dari Al-Jama’ah), bererti dia menyimpang ke neraka” (HR. Tirmidzi, Abu Nu’aim dan Al-Hakim).

Berikut ini kami sampaikan sebagian perayaan-perayaan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Shollallohu alaihi wasallam di penjuru dunia Islam.

1. Maulid di Istana Negara Republik Indonesia, 23 Desember 2015


2. Maulid di Bahrain, 11 Robi’ul Awwal atau 21 Desember 2015


3. Maulid di Oman, Ahad, 20 Desember 2015


4. Maulid di Sana’a – Yaman, 23 Desember 2015


5. Maulid di Tarim – Yaman
Berpusat di Darul Musthofa pimpinan Al-Habib Al-Allamah Umar ibn Hafidz pada hari Senin, 24 Rabi’ul Awal 1437 H.


6. Maulid di Jordan, Kamis, 24 Desember 2015
Dihadiri oleh Raja Abdullah II dan diisi ceramah oleh Syeikh Usamah As-Sayyid Al-Azhari




7. Maulid di Maroko, 23 Desember 2015
Dihadiri oleh Amirul Mu’minin raja Muhammad VI


8. Maulid di Damascus – Syiria
Dihadiri Presiden Syiria, Mufti Syiria, Syeikh Taufiq Al-Buthi


9. Maulid di Baghdad – Iraq




10. Maulid di Madinah


11. Maulid di Mesir, 25 Desember 2015
Bersama Yang Mulia Prof. Dr. Syeikh Ali Jum’ah


12. Maulid di Mesir, 22 Desember 2015
Bersama Presiden Mesir dan Syeikhul Azhar


13. Maulid di Australia


14. Maulid di Ethiopia


15. Maulid di Pakistan, 23 Desember 2015
Bersama Dr. Muhammad Tahir Al-Qadri


16. Maulid di Turkey, 22 Desember 2015


17. Maulid di Bangladesh, Desember 2015


18. Maulid di Mumbai- India


19. Maulid di Hyderabad – India bagian selatan


20. Maulid in London- UK


21. Maulid in Singapura bersama Syeikh Hisyam Al-Kabbani


 
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِكَ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِينٍ

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment