Pengakuan Ulama Dunia atas Kepakaran Syekh Yasin al-Fadani (Bag 1/2)


Yang sedang kita bicarakan ini adalah menyangkut salah satu ulama besar dan menjadi kebanggan kita sebagai umat Islam Indonesia. Beliau bernama Syekh Abu al-Faidl Alam ad-Din Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani al-Indunisi (Padang, Indonesia). Beliau lahir di Mekah pada tahun 1335 H (1916 M) dan wafat di usia 75 tahun atau bertepatan pada malam hari Jum’at (lebih tepatnya waktu sahur) tanggal 28 Dzul Qa’dah 1410 H (21 Juli 1990 M) yang kemudian dimakamkan di Pekuburan Ma’la Mekah al-Mukarramah.

Puluhan karya telah beliau hasilkan dalam berbagai bidang keilmuan, diantaranya tentang hadis, sanad, ushul fiqh, qawa’id fiqh, falak, balaghah dan lain sebagainya. Sebagian dari karya-karya beliau tersebut alhamdulillah sudah dicetak dan diterbitkan, misalnya al-Fawa’id al-Janiyyah Hasyiah al-Mawahib as-Saniyyah (dicetak beberapa kali oleh Dar al-Basya’ir al-Islamiah, Beirut), Bughyah al-Musytaq fi Syarh al-Luma’ li Abi Ishaq (dicetak beberapa kali oleh Dar Ibn Katsir, Damsyiq), Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wa al-Awa’il wa al-Asanid al-Aliyah (al-Mathba’ah as-Salafiyah Kairo, 1406 H), al-Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah (Dar al-Basha’ir Damsyiq, 1405 H), al-Arba’un al-Buldaniyah (Dar al-Basya’ir al-Islamiyah Beirut, 1407 H) dan beberapa kitab sanad dan ijazah.
Akan tetapi, dan ini patut kita sayangkan, masih banyak karya-karya beliau yang hingga saat ini masih berupa manuskrip dan belum terjamah oleh penerbit manapun. Di banyak biografi beliau disebutkan diantara yang belum dicetak ialah, ad-Durr al-Mandlud Syarh Sunan Abi Dawud (dalam 20 juz), Fath al-Allam Syarh Bulugh al-Maram (4 juz), ad-Durr al-Nadlir Hawasy ala kitab at-Tamhid li al-Isnawi, Hasyiah ala al-Asybah wa an-Nadha’ir li as-Suyuthi, Hasyiah ala al-Qawa’id al-Kubra li Izzuddin ibn Abdissalam dan masih banyak lagi. Kami kira ini bisa menjadi peluang emas bagi para mahasiswa untuk menjadi topik tesis atau disertasi mereka. 
Peluang yang besar ini, seharusnya mampu ditangkap oleh Pemerintah Indonesi—melalui Kementerian Agama atau yang lain—untuk segera menghubungi para dzurriyah dan santri senior beliau untuk melakukan pembicaraan dalam rangka penyelamatan manuskrip-manuskrip dari beliau. Kami yakin dengan segala kemapuan dan fasilitas yang dimiliki, pemerintah mampu dengan mudah untuk segera membentuk tim ahli—terdiri dari para kiai yang alim, cendekiawan, dan beberapa mahasiswa doktoral—untuk mengkompilasi semua karya Syekh Yasin al-Fadani yang begitu banyak dan beragam itu, lalu diteliti secara serius dan diterbitkan menjadi satu ensiklopedi besar. Tentunya kita pernah melihat ada “Mausu’ah al-Allamah al-Muhaddits al-Mutafannin Sayyidi asy-Syarif Abdullah ibn Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari al-Hasani” lalu ada pula “Mausu’ah al-Allamah al-Imam Mujaddid al-Ashr Muhammad Nashiruddin al-Albani”, seharusnya kita juga punya “Mausu’ah al-Allamah al-Muhaddits Musnid ad-Dunya Muhammad Yasin Ibn Muhammad Isa al-Fadani al-Indunisi”. Semoga ada yang mendengar ide dari kami ini.

[Berbagai Gelar yang Disematkan untuk Beliau]

Dengan melihat kualitas dan banyaknya karya-karya beliau, tak mengherankan jika banyak ulama dan penulis di belahan dunia menyematkan banyak gelar untuk menghargai Syekh Yasin al-Fadani. Misalnya banyak diantara mereka menyebut beliau sebagai Musnid al-Ashr (pakar sanad pada masanya) atau Musnid ad-Dunya (pakar dan pemberi sanad dunia), al-Allamah (seorang yang sangat alim), al-Muhaddits (ahli hadits), al-Murabbi (guru pembimbing) dan lain sebagainya. Syekh Ramzi Sa’duddin Dimasyqiyah (w. 1423 H)—pendiri Dar al-Basya’ir al-Islamiyah Beirut—misalnya, dalam mukaddimah editor kitab al-Fawa’id al-Janiyyah menyebut beliau sebagai, 

العلامة المحدث المتفنن الراوية مسند الحجاز بل مسند العصر أو مسند الدنيا على الإطلاق الأستاذ الشيخ محمد ياسين بن محمد عيسى الفاداني المكي
“Al-Allamah (seorang yang sangat alim), al-Muhaddits (ahli hadis), al-Mutafannin (ahli dalam banyak cabang ilmu), ar-Rawiyah (banyak periwayatan) Musnid al-Hijaz (pakar dan pemberi sanad daerah Hijaz), bahkan Musnid ad-Dunya (pakar dan pemberi sanad dunia) secara mutlak, al-Ustadz asy-Syekh Muhammad Yasin ibn Muhammad Isa al-Fadani al-Makki” (al-Fawa’id al-Janiyyah Hasyiah al-Mawahib as-Saniyyah, 37)
Lalu Syekh al-Muhaddits Mahmud Sa’id Mamduh, salah seorang ulama ahli hadits di Mesir. Beliau dalam karyanya Tasynif al-Asma’ memperkenalkan Syekh Yasin al-Fadani—yang tak lain adalah gurunya sendiri—sebagai,

شيخنا الفاداني هو العلامة الجليل المتفنن ، مسند العصر والأوان ، الفائق على الأقران ، علم الدين أبو الفيض محمد ياسين بن محمد عيسى الفاداني المكي الشافعي

“Guru kami al-Fadani ialah seorang al-Allamah yang agung, al-Mutafannin, Musnid al-Ashr wa al-Awan (pakar dan pemberi sanad pada masanya), yang melebihi diantara orang semasanya, Alam ad-Din (pemimpin agama) Abu al-Faidl Muhammad Yasin ibn Muhamaad Isa al-Fadani al-Makki asy-Syafi’i” (Tasynif al-Asma’ bi Syuyukh al-Ijazah wa as-Sama’, 1/90)

Kemudian Syekh Dr. Yusuf Abdurrahman al-Mar’asyli—sang peneliti dan muhaqqiq terkenal dari Beirut dan Madinah—pernah menyebut Syekh Yasin sebagai,

شيخنا العلامة المعمر ، الجليل المتفنن ، مسند العصر والأوان ، الفائق على الأقران ، علم الدين أبو الفيض ، محمد ياسين بن محمد عيسى بن أوديق الفاداني الأندونيسي الأصل ثم المكي الشافعي

“Guru kami al-Allamah al-Mu’ammar (yang dipanjangkan usianya), al-Jalil al-Mutafannin, Musnid al-Ashr wa al-Awan, yang melebihi diantara orang semasanya, Alam ad-Din Abu al-Faidl Muhammad Yasin ibn Muhammad Isa ibn Udiq al-Fadani al-Indunisi secara keturunan, lalu al-Makki asy-Syafi’i” (Mu’jam al-Ma’ajim wa al-Masyikhat wa al-Faharis wa al-Baramij wa al-Atsbat, 3/18)

Tak mengherankan jika ada penulis dan ahli sejarah dari Syiria, Syekh Muhammad Khair ibn Ramadhan ibn Isma’il Yusuf dalam dua karya biografinya—Takmilah Mu’jam al-Mu’allifin dan Tatimmah al-A’lam li az-Zirikli—menulis tentang Syekh Yasin sebagai,

مسند الوقت، العالم، المحدّث، المربّي
“Musnid al-Waqt (pakar dan pemberi sanad pada masanya), al-Alim, al-Muhaddits, al-Murabbi (guru pembimbing)” (Takmilah Mu’jam al-Mu’allifin, 2/235; Tatimmah al-A’lam li az-Zirikli, 563)
Gelar senada juga disematkan oleh Syekh Yusuf al-Mar’asyli dalam karyanya yang lain yang berisi biografi ulama-ulama berpengaruh di awal abad XV hijriah, yakni Iqd al-Jauhar fi Ulama’ ar-Rub’i al-Awwal min al-Qarn al-Khamis Asyar (2147).

Begitulah bagaimana ulama-ulama dunia ikut menghormati Syekh Yasin al-Fadani dan memasukkannya sebagai salah satu tokoh besar yang patut dicatat dan dikenang sejarah hidupnya. Hal ini tak lain menunjukkan kedudukan dan kepakaran Syekh Yasin yang sudah diakui oleh dunia Islam secara global.

Bersambung...

*** Untuk lanjut ke Bagian-2 klik LINK ini *** 

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment